Saudara-saudaraku yang Dirahmati Allah
Marilah
kita meningkatkan taqwa kepada Allah SWT dengan menjalankan segala
perintahNYA sesuai dengan kemampuan kita, dan meninggalkan segala yang
dilarang-NYA sekuat tenaga kita, dan hendaklah kita takut kepada hari akhir yang pasti
datang. Pada hari itu, orang tua tidak bisa membantu anaknya. Begitu
juga sebaliknya, anak tidak bisa membantu orang tuanya. Masing-masing
akan mempertanggungjawabkan amalnya di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Hendaklah
kita menyadari, bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Kita
hanya menumpang lewat. Dunia adalah waktu dan tempat untuk beramal. Janganlah
terepesona oleh kehidupan dunia, sehingga membuat kita lalai dari
hakikatnya serta melalaikan kewajiban kepada Allah swt
yang menciptakan kita. Betapa banyak peringatan dari Allah subhanahu
wata’ala dan RasulNya tentang hinanya kehidupan dunia dan kenikmatannya.
Allah SWT berfirman :
"Dan
apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, dan
memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum
mereka? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka, dan telah mengolah bumi
serta memakmurkannya lebih dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan
telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti yang
nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka. Akan
tetapi, merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri." (QS.
Al-Rum 30:9)
Untuk menjelaskan Al-Quran yang saya bacakan di atas, sebagian ulama tafsir Al-Quran menyebutkan sabda Rasulullah saw berikut :
"Akan datang suatu zaman atas manusia.
Perut-perut mereka menjadi Tuhan-tuhan mereka. Perempuan-perempuan mereka menjadi KIBLAT mereka.
Dinar-dinar mereka menjadi agama mereka. Kehormatan mereka tergeletak
pada kekayaan mereka. Waktu itu, tidak tersisa iman sedikit pun kecuali
namanya saja. Tidak tersisa Islam sedikit pun kecuali ritual-ritualnya
saja. Tidak tersisa Al-Quran sedikit pun kecuali pelajarannya saja.
Masjid-masjid mereka makmur dan megah, akan tetapi hati mereka kosong
dari petunjuk (hidayah). Ulama-ulama mereka menjadi makhluk yang paling
buruk di permukaan bumi. Kalau terjadi zaman seperti itu, Allah akan
menyiksa mereka dan menimpakan kepada mereka berbagai bencana :
Kekejaman para pemimpin/penguasa, kekeringan berkepanjangan, dan kekejaman para pejabat
serta kezaliman para pengambil keputusan."
Maka takjublah
para sahabat mendengar pembicaraan Nabi. Mereka bertanya, "Wahai Rasul
Allah, apakah mereka ini menyembah berhala ?"
Nabi menjawab, "Ya ! Bagi mereka, setiap serpihan kertas dan kepingan uang menjadi berhala."
Dalam Hadis di atas, Nabi meramalkan akan datang suatu zaman ketika manusia menjadikan Uang sebagai berhala mereka.
Setiap Keping Uang, setiap Lembar Kertas, Dolar dan Rupiah menjadi Berhala. Rasulullah menggambarkan dengan indah : Pada zaman itu, manusia mempertuhankan hidupnya dengan kepentingan perutnya.
Kalau
yang disebut Tuhan adalah sesuatu yang diikuti dan ditaati tanpa
memikirkan alasan-alasan apa pun, maka orang akan menaati keinginan dan
perut mereka dengan melakukan apa saja. Mereka mau menghabiskan malam
seluruhnya hanya demi mengisi perut mereka. Dulu di zaman Rasulullah,
orang-orang yang taat ibadah kepada Allah menghabiskan malamnya dengan
menunaikan shalat malam (tahajjud).
Nanti, akan datang suatu zaman
ketika manusia begadang sepanjang malam, untuk kepentingan perutnya.
Perempuan-perempuan mereka menjadi kiblat mereka. Seks menjadi kejaran
mereka.
Mereka bertindak dan bekerja,
dengan pikiran yang sepenuhnya terpusat ke arah itu. Tumpukan uang
menjadi agama mereka. Kemuliaan seseorang pada zaman itu, diukur
berdasarkan kekayaannya. Manusia memberikan penghormatan kepada orang
yang memiliki banyak kekayaan. Maka di saat seperti itu, manusia
berlomba-lomba menumpuk kekayaan untuk menunjukkan kemuliaan dan
kehormatan mereka di tengah-tengah masyarakat.
Pada
waktu itu, kata Rasulullah, iman hanya tinggal namanya saja. Islam hanya
tinggal upacara ritualnya saja. Al-Quran hanya tinggal pelajarannya
saja. Orang-orang mungkin ramai belajar Al-Quran, tetapi tidak mencoba
hidup dengan ajaran Al-Quran. Mereka mungkin membaguskan suara Al-Quran,
tetapi tidak membaguskan akhlak mereka dengan ajaran Al-Quran. Nabi saw
juga mengatakan bahwa masjid-masjid pada masa itu ramai. Akan tetapi,
hati penghuninya kosong dari petunjuk Allah. Ulama-ulama yang membimbing
mereka, hanya dihormati karena pakaiannya saja.
Dalam riwayat yang lain, Nabi mengatakan bahwa :
- "Orang
tidak mengenal ulama kecuali karena pakaiannya yang khas (sorban), dan bukan
karena ilmu serta akhlaknya. Orang tidak mengenal Al-Quran kecuali
dengan suaranya yang merdu. Mereka tidak beribadah kepada Allah kecuali
di bulan Ramadhan saja. Bila ulama-ulamanya sudah seperti itu, dan bila
umat Muslim hanya bersungguh-sungguh melakukan ibadah di bulan Ramadhan
saja, maka mereka akan diberi penguasa yang tidak memiliki ilmu. Tidak
ingin memaafkan rakyatnya. Dan tidak mempunyai kasih sayang kepada
rakyatnya pula."
- Takjub mendengarkan
ucapan Rasulullah yang melukiskan keadaan zaman itu, para sahabat pun
bertanya : "Wahai Rasul Allah, apakah mereka menyembah berhala ?" Nabi
menjawab : "Benar. Hanya saja berhalanya bukanlah berhala yang dipahat
dalam bentuk makhluk-makhluk tertentu. Berhalanya adalah uang. Mereka
menyembah, mengabdi, dan mencurahkan seluruh hidupnya untuk uangnya."
Lalu Rasulullah saw bersabda :
- "Nanti
pada akhir zaman, ada sekelompok orang dari umatku yang datang ke
masjid. Mereka duduk dalam barisan yang rapat. Mereka berzikir. Namun
zikir mereka adalah dunia, dan kecintaan mereka terpaut pada dunia.
Janganlah kamu duduk bersama mereka, karena Allah tidak berkepentingan
dengan mereka."
Kalau dalam ayat-ayat
Al-Quran dan hadis-hadis di atas, Nabi menceritakan pada kita tentang
suatu zaman ketika manusia mencintai dunia dengan amat berlebihan, dan
ketika mereka menjadikan dinar dan dirham sebagai berhala-berhala mereka
... maka beliau juga mengingatkan kita bahwa begitu cintanya manusia
nanti di akhir zaman pada dunia, sampai-sampai mereka menjalankan ibadah
sekali pun, demi kepentingan dunia mereka.
Di dalam Ihya Ulumuddin, ketika menjelaskan
Ibadah Haji, Imam al-Ghazali meriwayatkan sebuah hadis tentang situasi ibadah haji di akhir zaman. Rasulullah saw bersabda :
Nanti di akhir zaman, ada empat macam orang menjalankan IBADAH HAJI dari empat macam golongan masyarakat.
Mereka adalah: Penguasa, Pedagang, Orang miskin dan para ulama.
- Penguasa akan menjalankan ibadah haji sebagai sejenis pesiar atau wisata.
- Pedagang akan menunaikan haji untuk kepentingan bisnis mereka.
- Orang miskin menunaikan haji untuk mengemis.
- Para ulama menunaikan haji hanya untuk memperoleh popularitas.
" NEW KABBA IN 2020 "
Jadi keempat golongan di atas, menunaikan
Ibadah Haji
hanya demi kepentingan dunia mereka semata. Mereka memang berzikir.
Hanya saja, sebagaimana disabdakan Rasulullah, zikir mereka adalah
dunia. Memang ada kecintaan di hati mereka. Akan tetapi, dalam hati
mereka, kecintaan pada dunia jauh lebih besar dari kecintaan pada Allah.
Mudah-mudahan Allah swt mencabut kecintaan kita pada dunia, dan
memusatkan hati kita untuk lebih mencintai-Nya.
Saya
akan menyebutkan salah satu obat untuk mengurangi kecintaan pada dunia.
Meninggalkan dunia tidak berarti bahwa kita harus meninggalkan
pekerjaan, tidak mencari nafkah, dan tidak bekerja keras. Mencari harta
yang halal, diperintahkan oleh Allah swt. Malahan menurut Rasulullah,
orang yang payah dalam mencari nafkah, bekerja keras dan kurang tidur
demi mencari nafkah yang halal, beroleh pahala yang bisa menghapus
dosa-dosanya. Rasulullah juga menyatakan bahwa ada dosa-dosa yang tidak
bisa dihapus dengan apapun, kecuali dengan kesusahan dan kepayahan
mencari nafkah.
Obat untuk menghilangkan kecintaan pada
dunia adalah bahwa kita bekerja keras untuk mencari nafkah dan harta.
Akan tetapi, kita juga tidak ragu-ragu untuk membagikannya kepada orang
lain. Sebagian dari rezeki Allah itu kita bagikan, dan distribusikan
untuk membahagiakan sesama manusia.
Ujilah kecintaan kita
pada dunia manakala Allah memanggil kita untuk mengorbankan harta kita
demi kepentingan agama Allah, demi kepentingan umat Muslimin, dan demi
menolong orang-orang yang mendapat musibah dan kesusahan. Kalau kita
masih saja menahan harta kita ketika Allah memintanya, maka hal itu
membuktikan bahwa kita lebih mencintai dunia ketimbang Allah SWT
supaya
terhidar dari cinta dunia kita harus perbanyak bershalawat atas Nabi
kita Muhammad, keluarga dan para sahabat beliau serta orang-orang yang
mengikuti beliau sampai Hari Kiamat nanti.
Allah telah mengingatkan ini di dalam Al-Qur`an. FirmanNya:
- "Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang
yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya." (Al-Ahzab: 56).
"YAA
ALLOH, YAA ROBBI, KAMI MENGAGUNGKAN NAMAMU, YAA ALLOH ENGKAULAH YANG
MAHA MULIA, ENGKAULAH YANG MAHA PEMURAH, ENGKAULAH YANG MAHA PENYAYANG,
ENGKAULAH YANG MAHA PELINDUNG KAMI, SEMOGA ENGKAU MELIMPAHKAN DAN SALAM
KEPADA JUNJUNGAN KAMI NABI BESAR MUHAMMAD SAW"
Kami Bermunajat kepadaMu Yaa Alloh.
Semoga
Saudara-saudara dan Rekan-rekanKu yang kami cintai, beserta keluarganya
selalu Engkau Limpahkan Keselamatan, Kesehatan, Rezeki yang mudah
didapatkan, Taufik Hidayah, terhindar dari segala Mara Bahaya, Petaka,
Bencana maupun Musibah.
Engkau muliakan Drazatnya dan nantinya.
Engkau rengkuh dalam dekapan SurgaMu Zanatul Naim.
Engkaulah yang maha Menempati akan JanjiMu.
Sumber : http://islamicentury.blogspot.co.id/2016/03/akan-datang-suatu-zaman-atas-manusia.html